Ada beberapa pertanyaan fundamental tentang filsafat ilmu. Beberapa pertanyaan itu adalah pertanyaan yang melibatkan proses berpikir induktif dan deduktif, melibatkan falsifikasi, dan kadang kala bersifat paradoks. Pertanyaan tentang filsafat ilmu memang luas cakupannya sehingga masih besar kemungkinannya untuk diperdebatkan secara intens. Berikut beberapa pertanyaan fundamental filsafat ilmu.
Apa Itu Hukum Alam?
Banyak orang yang memandang dirinya mengerti tentang hukum alam padahal tidak. Coba definisikan apa itu hukum alam? Aturan yang dibuat oleh alam? Aturan apa? Tampaknya akan susah untuk mendefinisikannya, tetapi orang dapat dengan mudah memberikan contoh. Contohnya, “sudah hukum alam kalau air dapat membuat basah”, “sudah hukum alam kalau api itu panas” dan lain sebagainya. Oleh karenanya pertanyaan tentang hukum alam apa pun itu bisa menjadi perdebatan.
Dalam hal biologi dan psikologi apakah hukum alam berlaku? Bukankah dengan adanya pengembangan teknologi yang memungkinkan rekayasa genetis merupakan bentuk perlawanan terhadap hukum alam? Banyak sekali pertanyaan yang bisa dielaborasi dari pertanyaan tentang filsafat ilmu yang satu ini.
Data Apa Yang Dapat Membedakan Sebab Akibat dan Suatu Kebetulan?
Semenjak scientific revolution data secara masif digunakan sebagai alat untuk mencari sebab dari sebuah akibat. Namun, masih dapat diperdebatkan apakah data yang digunakan memang betul menjelaskan sebab atas sebuah akibat atau hanya kebetulan saja data tersebut cocok dengan akibatnya?
Contoh perdebatan tentang sebab akibat atau suatu kebetulan adalah ketika Anda meneliti tentang virus flu burung atau avian flu. Virus ini memiliki beberapa varian yang terbilang ganas dan antar varian virus ini memiliki kesamaan. Anda begitu yakin bahwa Anda telah menemukan bahwa penyebab dari flu burung adalah virus varian X, lalu Anda mendevelop obat untuk virus varian X, namun pada kenyataannya ternyata obat tersebut efektif terhadap virus varian Y. Sebenarnya virus varian X tidak mati dengan obat tersebut, tetapi kebetulan pada penelitian virus varian Y-lah yang mati. Dapat ditanya, mengapa demikian?
Berapa Banyak Bukti Untuk Mendukung Hipotesis?
Katakanlah di dunia ini ada 7 milyar orang. Satu orang ilmuwan memiliki hipotesis “bahwa ikan laut yang dimakan orang sehari-hari adalah penyebab kematian banyak orang tanpa disadari.” Bukti apa saja yang dibutuhkan untuk menjustifikasi bahwa ikan adalah penyebab kematian banyak orang? Apakah harus penelitian terhadap orang mati di seluruh muka bumi untuk membuktikannya?
Mengapa Ilmuwan Tetap Berpegang Teguh Pada Teori?
Ilmuwan di sini jangan dianggap ilmuwan fisika saja tapi juga sosial. Ada ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu politik dan ilmu fisika. Semua cabang ilmu tersebut memiliki dasar teori yang telah dirumuskan oleh ilmuwan terdahulu sejak, kira-kira, abad 18. Ilmuwan politik percaya tentang marxisme, nasionalisme, komunisme, dan kapitalisme. Ilmuwan fisika percaya pada hukum Newton. Padahal menurut Karl R. Popper sebuah teori itu benar jika tidak ada yang menyalahkan. Jadi sebenarnya, ilmuwan blindly percaya pada teori saat ini jika itu sudah dibuktikan secara mewakili populasi atau dibuktikan secara fisika.
Hal tersebut sama halnya ketika orang zaman dahulu percaya bahwa penyakit cacar dapat disembuhkan oleh dukun, padahal tidak sama sekali. Virus cacar dapat disembuhkan dengan vaksin, bukan dukun. Inilah teori yang dipegang oleh orang zaman dulu ketika bodoh. Pada zamannya dukun dianggap legit, sama padanannya dengan abad 21 ini ilmuwan dianggap legit. Coba lihat 1000 tahun lagi, ilmuwan sekarang dianggap apa? Lalu kenapa berpegang pada teori?
No comments:
Post a Comment