Filosofi adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu philosophy. Sedangkan kata philosophy itu sendiri adalah kata serapan dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani gabungan antara kata philo (φιλο) yang artinya “cinta” dan sophós (σοφός) yang artinya “kebijaksanaan” menjadikan sebuah kata khusus yaitu philosophia (φιλοσοφία) yang artinya “cinta kebijaksanaan”. Itulah asal muasal kata filosofi di Indonesia.
Lalu apa perbedaan antara filsafat dan filosofi? Sebenarnya tidak ada perbedaan mendasar antara kedua kata tersebut, tetapi jika digunakan dalam konteks formal, contohnya untuk pendidikan, kata filsafat lebih banyak digunakan daripada kata filosofi. Pada universitas tidak ada Fakultas Filosofi adanya Fakultas Filsafat; Mata kuliah di Fakultas Filsafat tidak ada Filosofi Ilmu, Filosofi Pendidikan, atau Filosofi Manusia, adanya Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, dan Filsafat Manusia. Penggunaan kata filosofi lebih sering didengar dalam kehidupan sehari-hari seperti “mari kita berfilosofi” atau “orang itu filosofis sekali”. Kata filosofis digunakan untuk menunjukan bahwa seseorang memiliki daya pikir orang filsafat.
Pengertian Filosofi
Apabila didefinisikan filosofi adalah kerangka berpikir kritis untuk mencari solusi atas segala permasalahan. Solusi yang ditemukan untuk mengatasi suatu persoalan melalui berpikir secara kritis merupakan buah dari pemikiran filosofis. Apabila solusi suatu persoalan tidak dipikirkan secara matang dan kritis, maka itu bukan merupakan buah pemikiran filosofis melainkan cuma asal bunyi saja.
Melalui pengertian di atas tampaknya filsafat mencakup hal yang sangat umum, ya memang betul. Filsafat membahas tentang nilai, baik-buruk, estetika, pengetahuan, dan subjek umum lainnya. Asalkan suatu subjek dapat ditelaah secara kritis, maka subjek tersebut menjadi materi berfilsafat. Menurut Louis O. Kattsoff dalam buku Pengantar Filsafat, filsafat tidak membuat roti! Apa maknanya?
Filsafat tidak membuat roti artinya filsafat tidak membahas hal teknis seperti bagaiman cara membuat jembatan yang kokoh untuk dilalui 500 mobil. Namun, filsafat membahas latar belakangnya apakah pembangunan jembatan ini akan berpengaruh positif pada kehidupan manusia? Adakah makhluk hidup yang akan dirugikan atas adanya pembangunan jembatan dan jika iya bagaimana seharusnya keputusan harus dibuat?
Melalui ilustrasi di atas kelihatan sekali bahwa berfilosofi bisa dilakukan oleh siapa pun. Sangat betul, tetapi tidak semua orang sadar bahwa mereka bisa berfilosofi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Apa Gunanya Berfilosofi
Meraih kehidupan yang lebih baik merupakan kegunaan utama berfilosofi. Orang awam yang tidak sadar pentingnya berpikir kritis akan mengalami hidup yang sangat datar. Salah satu ciri orang awam tersebut adalah orang yang kerjanya cuma menerima perintah saja, tetapi tidak mengerti alasan kenapa perintah itu harus dilaksanakan. Coba lihat perbedaan di bawah ini dalam kasus pekerjaan sehari-hari.
- Orang yang tingkat berpikir kritisnya rendah: Menerima tugas berat dari atasan begitu saja. Alasannya, kalau perintah tidak dilaksanakan atau mendebat maka takut akan gajinya dipotong, takut diskors, nanti kalau dipecat bagaimana? Lalu orang ini akan melaksanakan tugasnya dengan berat hati dan terbebani. Dengan demikian, orang yang tidak berpikir kritis seperti ini tidak akan membuat hidupnya lebih baik, bahkan dia tambah terpuruk.
- Orang yang tingkat berpikir kritisnya tinggi: Tidak menerima tugas berat dari atasan begitu saja. Dia akan berpikir apa tujuan dari tugas tersebut, bagaimana tugas tersebut akan berpengaruh pada kesuksesan karir dan perusahaan. Dia berpikir apakah ada cara yang dapat membuat tugas tersebut selesai dengan lebih mudah dan cepat. Dia akan memberikan ide pada atasannya untuk mencapai kualitas kerja yang lebih baik. Dia akan melihat perusahaan sebagai hal yang dapat diutak-atik agar menjadi tempat yang indah untuk meningkatkan personal skill development sekaligus sarana berkontribusi bagi kehidupan orang lain.
Apa Gunanya Belajar Filsafat
Sudah dibahas di atas bahwa berfilosofi caranya cukup mudah, cukup sadar saja bahwa persoalan harus dipikirkan secara mendalam. Kalau begitu bukankah lebih baik Fakultas Filsafat di seluruh dunia dibubarkan saja? Jawabannya, tidak.
Belajar filsafat bukan belajar cara berpikir kritis. Jangan samakan belajar filsafat dengan berfilosofi!Bahasan filosofi bisa apa saja, misalnya kita membahas meja yang diletakkan di pojok ruangan, lalu kita mempertanyakan kenapa meja di pojok? Mengapa bentuknya seperti itu? Ini adalah bahasan mahasiswa filsafat baru atau orang yang coba-coba belajar filsafat, landscape pengetahuannya masih seupil, dan biasanya hanya menghabiskan waktu saja.
Belajar filsafat yaitu mempelajari pemikiran orang lain terhadap suatu hal. Contohnya, kita mempelajari mengapa Empedokles menganggap air, udara, tanah, dan api adalah penyusun alam semesta; mengapa Karl Marx dalam bukunya Das Kapital menganggap bahwa sistem ekonomi kapitalis akan hancur dengan sendirinya; Apa yang dapat kita pelajari dari pemikiran tokoh-tokoh tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari? Begitulah kira-kira gambaran singkat bagaimana filsafat dapat dipelajari.
Semakin banyak literatur yang dibaca akan semakin banyak pula pemahaman kita terhadap konteks dan cara berpikir kritis para tokoh dunia yang berpengaruh pada peradaban. Tanpa belajar filsafat kita tidak akan mengerti mengapa antara kaum sosialis dan komunis, dan liberal dan kapitalis tidak pernah akur dalam sejarah peradaban modern. Salah satu gunanya mempelajari filsafat dalam konteks ini adalah jika Anda masuk partai politik di Indonesia dan ingin sukses, jangan berkoalisi dengan orang yang pemikirannya komunis. Bagaimana cara mengetahui orang yang pemikirannya komunis? Anda harus belajar dari karya Karl Marx dan Friedrich Engels terlebih dahulu.
Salam Filsafat!
No comments:
Post a Comment