Jilbab Senja
Dengan lihai ia kembali menutupi
Entah nyata hanya ia pembawa rasa
Dalam sujud kurasakan suka
Saat senja tiba, seperti malaikat memelukku rapat
Dengan indah kutudungi mahkota ini olehnya
Inikah rasa itu?
Namun tak sedikit pula yang menyapamu dalam keikhlasan
Hanya hati yang dapat menyambungkannya
Jua cinta kian lama tumbuh pada jiwa
Ialah jilbab,
kala senja tiba tetap kuteduhkan raga padanya

Dingin menyeruak dada saat udara mengguyur dengan sengaja
Di sisiku wanita muda cantik jelita nan anggun memesona
Mahkota terurai bak lambaian daun kelapa
Aku tidak menyapanya, karena hanya sama-sama penumpang saja
Lesung pipit kian menambah paras keelokkanya
Ialah wanita muda impian kaum pria?
Beberapa menit lamanya ia tetap duduk bak putri raja
Tampak tak jua aku tatapkan seksama
Begitu banyak pasang mata tertuju pada si wanita
Aku iri? Sedikit, namun…
Biarlah yang muda itu tetap menatap
Biarlah yang tua itu tetap menatap
Biarlah yang wangi itu tetap menatap
Biarlah yang berkeringat itu tetap menatap
Biarlah semua orang tetap menatapnya, biarlah.
walau Tuhan tetaplah sama,
satu dan abadi.
Begitupula hati dan cinta
biarlah aku cintai ini
jilbab biruku
setetes iri membelenggu jiwa
namun lekas hilang begitu saja
kusua doa tuju sukma:
tetaplah jatuhkan cinta dalam dada.
Berbinar paras telah terbasuh
Dalam malam mengusik hati
Sambuti rembulan dalam diksi suci
berujung cinta kala tudung menerpa.
No comments:
Post a Comment